A. Sejarah Lifebuoy
Lifebuoy diluncurkan pertamakali oleh William Hesketh
Lever pada tahun 1894 di Inggris sebagai sabun disinfektan.Unilever kemudian
berkembang di kawasan industry Bolton,Lancashire, yang merupakan tipikal kota
di Inggris di era revolusi industri, dimana ribuan penduduk yang tinggal di
kawasan kumuh tersebut terserang wabah penyakit.
Wabah tifus, disentri dan
penyakit kuning berjangkit dimana-mana dan angka kematian bayi sangat tinggi.
"Kebersihan adalah sebagian dari Iman"
adalah tema yang diangkat oleh kaum reformis, dimana mereka menuntut adanya
edukasi tentang kebersihan dan peningkatan taraf hidup bagi orang miskin dan
kaum pekerja. Mereka juga menginginkan pendekatan tentang cara mencegah wabah
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak higienis.
Unilever berusaha
untuk terus mencari formula sabun yang tepat untuk membasmi kuman penyakit
dengan biaya yang terjangkau oleh semua orang. Akhirnya Lever
menemukan formula Asam Karbolik, dimana penemuan tersebut merupakan suatu
terobosan ilmiah di masa itu.
B. Promosi Lifebuoy
1. Personal Selling
Personal selling adalah komunikasi dua arah dimana
seorang penjual menjelaskan fitur dari suatu brand untuk kepentingan
pembeli.dalam personal selling, dilibatkan komunikasi yang sifatna tatap muka
dan kegiatannya pada sekarang ini terfokus pada pemecahan masalah dan
penciptaan nilai bagi customer (lebih dikenal sebagai partnership). Dimensi
partnership ini adalah seorang sales person yang harus memahami cutstomernya
dengan baik. Personal selling sendiri merupakan bagian dari direct marketin,
namun perbedaan dasarnya adalah dalam personal selling, perusahaan yang
dijembatani sales person berinteraksi secara tatap muka denga customer.
Personal selling yang dilakukan oleh Lifebuoy salah
satunya adalah demonstrasi “glowgerm”, hal ini menjawab kesalahan bahwa
“terlihat bersih” berarti secara hygiene memang bersih. Ketika tangan berada di
bawah sinar ultra violet, bubuk glowgerm bersinar pada kotoran yang tertinggal
ketika tangan hanya dicuci dengan air, hal tersebut menyediakan memori emosi
yang kuat bahwa tangan dengan sabun memberikan perlindungan lebih besar dalam
melawan kuman daripada hanya mencuci tangan dengan air. Dengan demonstrasi tersebut secara tidak langsung memberikan edukasi kepada konsumen bahwa
“Sabun Lifebuoy” merupakan sabun yang efektif dalam membasmi kuman
serta secara langsung dapat memberikan informasi kepadakonsumen tentang fitur
yang diberikan oleh sabun lifebuoy
2. Periklanan
Periklanan sering kali menjadi perhatian penting
karena selain posisinya yang strategis dapat menjangkau
konsumen secara luas juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Salah
satu program promosi simpatik
yang bukan sekedar jualan, melainkan
turut berperan membantu mengatasi masalah sosial di
negeri kita adalah “Lifebuoy Berbagi Sehat” (LBS). LBS merupakan contoh
penerapan konsep pemasaran berdimensi social (cause-related marketing),
yakni program pemasaran yang diarahkan
untuk memecahkan salah satu masalah di masyarakat kebersihan atau kesehatan.
Fokus bidang ini sangat cocok untuk positioning Lifebuoy sebagai sabunkesehatan untuk keluarga. Program-program yang sudah
dilakukan Lifebuoy antara lain Berbagi Sehat yang sudah dimulai sejak tahun
2004, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat dalam kegiatan
sehari-hari melalui cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar
dibawah air mengalir selama minimal 20 detik. Dalam kurun wakru
2004-2007, Program Lifebuoy
Berbagi Sehat telah berhasil
menjangkau lebih dari 1 juta penerima manfaatlangsung di beberapa wilayah di
Indonesia. Program Lifebuoy Berbagi Sehat sebenarnya bukan hanya kampanye produk, melainkan membawa
nama baik Unilever. Iklan Lifebuoy Berbagi Sehat
merupakan sebuah edukasi yang terintegrasi mulai dari iklan anak kerja bakti,
kampanye cuci tangan dengan sabun hingga Lifebuoy Health Camp.
3. Public relation
Promosi
peduli tampaknya merupakan menjadi pola baru. Produsen bukan saja berusahamenggaet pembeli, tapi sekaligus menanamkan citra
dirinya sebagai perusahaan yang peduli terhadap problema di tengah-tengah
masyarakat. Jadi promosi itu menjadi sarana kehumasan (public relations/ PR) yang ampuh untuk merebut simpati di hati
publik. Salah satu program promosi simpatik yang bukan sekadar
jualan, tapi turut berperan membantu mengatasi masalah sosial di negeri kita adalah Lifebuoy Berbagi
Sehat (LBS). Pesan-pesan edukasinya memangmasih terkait dengan manfaat
produk untuk menjaga kebersihan, namun gerakan moral dan aksi nyata yang
digulirkan berdampak positif untuk kesehatan masyarakat luas.
LBS
sebagai program untuk berbagi citra dan memperlihatkan kepedulian social
perusahaan. Lifebuoy menyisihkan Rp 10,- dari setiap penjualan sabun untuk
pengadaan sarana mandi, cuci tangan dan kskus (MCK) dan air bersih. LBS
merupakan contoh penerapan konsep pemasaran berdimensi social (Cause related
marketing), yakni program pemasaran yang diarahkan untuk memecahkan salah satu
masalah di masyarakat yakni kebersihan atau kesehatan. Fokus bidang ini sangat
sesuai dengan positioning Lifebuoy sebagai sabun
kesehatan untuk keluarga. Kebiasaan dan
disiplin diri untuk hidup bersih yang tampak sederhana itu sebenarnya sangat
mendasar, karena kebersihan adalah pangkal kesehatan dan berdampak pada sikap
dan perilaku keseharian menjadi lebih baik. Bahkan bila kampanye
hidup bersih ini dimaknai secara spiritual, berarti bersih dari dalam hati
alias bersih batin, bukan hanya bersih lahir. Bila ditelusuri lebih jauh, program LBS itu berbasis misi produk
Lifebuoy yakni “untuk berperan langsung meningkatkan kualitas hidup
keluarga Indonesia, khususnya kesehatan,”
4. Direct Marketing
Direct Marketing adalah sebuah system pemasaran dimana
pada system ini perusahaan berkomunikasi langsung denga target konsumennya
untuk memperoleh respon atau transaksi. Respon ini dapat berupa penyelidikan,
pembelian atau bahkan pemilihan. Direct marketing yang dilakukan oleh
Lifebuoy adalah dengan melakukan program In Safe Hands, yang bertujuan untuk
bekerjasama dengan perusahaan swasta dan pemerintah dalam membangun program
edukasi cuci tangan untuk masnyarakat. Hal lain yang dilakukan oleh Lifebuoy adalah
dengan melakukan sosialisasi secara langsung kepada konsumen tentang betapa
pentingnya cuci tangan menggunakan lifebuoy dengan menggunakan kampanye
kesehatan seperti “Say No To Swine Flu” yaitu kampanye kesehatan yang langsung
berinteraksi dengan para konsumennya.
5. Promosi Penjualan
Salah satu ajang promosi Lifebuoy yang diberi tajuk “Sang Jawara Gak Takut Jerawat” yang
digelar oleh Lifebuoy Clear Skin pada periode November
2005 - Januari 2006. Acara ini digelar dengan tujuan untuk memberikan rasa percaya diri bagi kaula muda
yang memiliki potensi namun merasa rendah
diri atau kurang percaya diri dikarenakan jerawat. Pada ajang ini, Lifebuoysecara tidak langsung melakukan aktivitas promosi
terhadap produknya agar lebih dikenal di kalangan remaja yang pada umumnya
tidak akan luput dari masalah kulit, yaitu jerawat.
Lifebuoy mencoba meyakinkan bahwa produknya tidak
hanya berfungsi sebagai sabun mandi biasa, tetapi juga memiliki kelebihan lain
yaitu untuk mencegah timbulnya jerawat. Strategi ini digunakan Lifebuoy dalam
upaya untuk meraup pangsa pasar yang lebih luas, yaitu remaja. Contoh lainnya
adalah Brand sabun Lifebuoy kami memimpin kampanya mencuci tangan. Dalam
penjualan di 35 negara sekitar Asia dan Afrika, visi Lifebuoy mengubah perilaku
kebersihan dari satu miliar masyarakat hingga tahun 2015 melalui promosi aktif
mencuci tangan dengan sabun. Hal tersebut diatas menunjukan bahwa sabun mandi
Lifebuoy telah berusaha untuk menarik minat konsumen dalam menggunakan sabun
mandi merek tersebut, dengan mengundang konsumen untuk terjun langsung dalam
suatu acara yang digelar Lifebuoy. Strategi ini cukup efekktif sehingga
pemasaran dilakukan dengan metode promosi yaitu Word of Mouth atau promosi dari
mulut ke mulut
C.
Segmenting
Segmentasi produk sabun
mandi ini mencakup seluruh wilayah di Indonesia dan memiliki segmen pasar
kalangan keluarga yang menginginkan sabun mandi antiseptik untuk melindungi
seluruh anggota keluarga dari kuman. Segmentasinya terutama fokus ke kalangan
anak- anak yang sangat aktif beraktivitas saat bermain, sehingga membuat
para orang tua khawatir akan kebersihan dan kesehatannya. Melalui promosi “Cuci
Tangan Pakai Sabun” yang cukup meluas, produk ini berhasil menarik perhatian
kalangan orang tua untuk memberikan ajaran kepada anak- anaknya untuk rajin
mencuci tangan dengan sabun.
D. Targetting
Lifebuoy menggunakan strategi selective spesiallization dalam targeting
segment pasar, yaitu perusahaan menawarkan produk yang berbeda-beda untuk
setiap segmen pasar. Hal ini terbuktikan dengan sangat bervariasinya
produk-produk yang dikeluarkan oleh Lifebuoy. Produk- produk tersebut mencakup
sabun mandi dalam bentuk batang yang ekonomis hingga sabun mandi dalam bentuk
cair yang lebih eksklusif, sabun pembersih wajah anti jerawat yang ditujukan
untuk kalangan remaja, dan sebagainya.
E.
Positioning
Lifebuoy menempatkan
produknya pada persepsi konsumen dengan memanfaatkan atribut atau manfaat yang
ada pada produk. Dengan melakukan promosi yang mengajak konsumen untuk hidup bersih
dan sehat mampu menciptakan citra baik terhadap perusahaan dan produk. Cara ini
cukup efektif karena persepsi positif konsumen terhadap produk akan membuat
perusahaan berada dalam posisi yang kompetitif.
Selain itu, sabun
Lifebuoy berada di kisaran harga yang rendah jika dibandingkan dengan sebagian
besar sabun antiseptik lainnya. Namun, banyak orang memilih sabun Lifebuoy
bukan hanya karena harganya yg relatif terjangkau tetap juga karena keunggulan
sabun tersebut untuk membantu menjaga kesehatan masyarakat pada umumnya. Dari
sini terlihat bahwa untuk menjaga kesehatan yg merupakan bagian penting dalam
kehidupan tidaklah harus mahal, salah satunya yaitu menggunakan sabun Lifebuoy.
Hal ini semakin menguatkan posisi produk Lifebuoy dalam kompetisi dengan
perusahaan lain.
No comments:
Post a Comment