Manajemen stres merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang berlebihan. Tidak ada seorang pun yang bisa menghindarkan diri dari stres. Namun, stres bisa dikelola sehingga justru mendatangkan nilai positif bagi seseorang. Stres tidak boleh dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan dinamika hidup (Mudjaddid, Diffy: 2005)
Secara umum stres yang di hadapi dalam kehidupan terdiri dari segi positif (stres baik) dan segi negatifnya (stres buruk). Stres sering dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan tak seorangpun mengharap kedatangannya, namun sebenarnya stress bisa memberi manfaat dan dapat diajak bersahabat dengan kita. Stres yang baik dapat membuat anda bekerja lebih giat dan melakukan sesuatu dengan baik. Bahkan kita semua membutuhkan sedikit stress untuk mengefektifkan fungsi tubuh dan mengoptimalkan potensi diri. Tentu saja jika di iringi dengan optimisme, dan kesungguhan upaya mengatasi penyebab stres.
Secara umum stres yang di hadapi dalam kehidupan terdiri dari segi positif (stres baik) dan segi negatifnya (stres buruk). Stres sering dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan tak seorangpun mengharap kedatangannya, namun sebenarnya stress bisa memberi manfaat dan dapat diajak bersahabat dengan kita. Stres yang baik dapat membuat anda bekerja lebih giat dan melakukan sesuatu dengan baik. Bahkan kita semua membutuhkan sedikit stress untuk mengefektifkan fungsi tubuh dan mengoptimalkan potensi diri. Tentu saja jika di iringi dengan optimisme, dan kesungguhan upaya mengatasi penyebab stres.
Sedangkan stres buruk yang terlalu banyak dialami seseorang hingga membawa efek negatif. Berkurangnya kemampuan memimpin diri dan mengontrol emosi. Seseorang yang mengalami stress buruk akan mengalami masalah psikologis seperti perasaan tertekan dan ansietas (kecemasan) yang dapat berdampak pada kondisi kesehatan fisiknya. Antara lain stres pada penderita jantung maupun darah tinggi yang bisa berakibat fatal bagi si penderita bahkan membawa risiko kematian.
Secara umum gejala stres dapat dikenali
sebagai berikut:
1. Gejala fisik
a. Sering merasa sakit
kepala
b. Pusing
c. Gangguan telinga
(telinga berdenging)
d. Gemetaran
e. Perasaan jantung atau
dada terbakar
f. Diare dan susah buang air besar
2. Gejala emosi
dan mental
a. Gangguan tidur
b. Ansietas atau merasa ketakutan
c. Depresi ,tidak punya keinginan atau semangat hidup
d. Menangis dengan tiba-tiba
e. Merasa marah secara
tiba-tiba
f. Tidak dapat mengambil
keputusan
g. Tidak dapat berpikir
memecahkan masalah
h. Tidak dapat mengambil
keputusan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola manajemen stres :
- Ketahui penyebab : kita kenali situasi seperti apa yang dapat menyebabkan stres, maka kita coba untuk menghindari situasi tersebut. Ketika pemicu stres itu datang, maka kita coba untuk menyadari bahwa hal itu akan menimbulkan stres. Ini adalah langkah pertama dalam mengelola stres.
- Latihan : sisihkan waktu kita 15 sampai 30 menit dalam sehari untuk melakukan latihan berolahraga dapat memfokuskan energi dan membantu kita keluar dari perasaan frustasi.
- Renungkan : luangkan waktu diawal hari atau diakhir hari untuk melakukan refleksi. Rilekskan fikiran untuk duduk diam dan berfikir tentang tujuan (hidup) dan dengan begitu akan membuat kita lebih rileks.
- Mengatur : atur hidup kita secara realistis, dengan membuat daftar dan mengurai penyebab kekacauan pikiran adalah cara yang baik dalam menghapus segala masalah dalam hidup.
Manajemen Stress dan Aternatifnya
Manajemen Stress diartikan sebagai kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi segala gangguan atau kekacauan mental serta emosional yang muncul sebagai respon. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang digunakan untuk menerapkan sistem manajemen dalam suatu stres kehidupan yaitu :
1. Terapi Psikofarmaka
Menurut Hawari, D (2001) mengatakan bahwa, terpi psikofarmaka adalah pengobatan untuk stres, cemas, atau depresi dengan memakai obat-obatan (farmaka) yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (lymbic system). Sebagaimana diketahui sistem limbik tersebut merupakan sebagai bagian dalam otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku atau dengan kata lain mengatur fungsi psikis seseorang.
Cara kerja psikofarmaka ini adalah dengan jalan memutuskan jaringan atau sirkuit psiko-neuro-imunologi, sehingga stressor psikososial yang dialami seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotor, dan organ-organ tubuh lainnya. Terapi psikofarmaka yang banyak dipakai oleh para dokter (psikiater) adalah obat anti cemas (anxiolytic) dan obat anti depresi (anti depressant) yang juga berkhasiat sebagai obat anti stres.
2. Terapi Somatik
Dalam pengalaman praktek sehari-hari sering dijumpai gejala atau keluhan fisik (somatik) sebagai gejala ikutan atau akibat dari stres, kecemasan, dan depresi yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
3. Psikoterapi
Pada pasien yang mengalami stres, kecemasan dan atau depresi selain diberikan terapi psikofarmaka (anti cemas danb anti depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi kejiwaan (psikologik) yang dinamakan psikoterapi.Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung dari kebutuhan baik individual maupun keluarga,
4. Terapi Psikoreligius
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.Organisasi Kesehatan seDunia (WHO, 1984) dalam (Hawari. D, 2001) telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari 4 unsur kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan sehat spiritual. Pendekatan baru ini telah diadopsi oleh psikiater Amerika Serikat (the American Psychiatric Asssociation/APA, 1992) yang dikenal dengan pendekatan ”bio-psycho-socio-spiritual”.
No comments:
Post a Comment