Nilai adalah prinsip, tujuan, atau standar sosial yang
dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) karena secara
intrinsik mengandung makna. Nilai juga dapat diartikan sebagai ide umum tentang tujuan yang baik dan yang
buruk. Dari alur norma atau aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau
yang salah, yang bisa diterima dan yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai
enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut terlihat secara eksplisit,
benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive
norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi
antaranggota dalam budaya.
Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari
tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan
organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz
& Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai
sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang
diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence,
tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individual (power,
achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya
(universalism, security).
Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial
tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai
tertentu (misalnya pengasuhan orangtua, agama, kelompok tempat kerja). Nilai
sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya‘diinginkan’,
di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku
yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir
tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki
pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka
nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik
tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu
dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam
struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama
dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap,
walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila
terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap
(Danandjaja, 1985).
Nilai-nilai Individu
Nilai konsumen (customer value) ditentukan oleh 2 hal yaitu
biaya (cost) dan manfaat (benefit). Biaya mencakup biaya uang, waktu, energi,
dan psikologi. Manfaat mencakup manfaat produk,jasa,pribadi,danimage.
Manfaat yang dirasakan oleh setiap konsumen berbeda-beda.
Satu manfaat bisa menjadi lebih penting dibanding manfaat lainnya. Berbeda
dengan manfaat, biaya bersifat mutlak dan merupakan akumulasi dari seluruh
biaya yang ada, hanya saja terkadang konsumen tidak menyadari biaya lain selain
biaya uang.
· Jika
manfaat > biaya, maka akan tercipta nilai konsumen yang tinggi (superior
customer value)
·
Jika manfaat < biaya, maka
akan tercipta nilai konsumen yang rendah (inferior customer value)
Untuk mencapai kepuasan konsumen, maka perusahaan perlu
memberikan nilai konsumen yang lebih baik daripada pesaingnya.
Nilai dan Gaya hidup dalam perilaku konsumen sangat
berkaitan erat dalam kaidah-kaidah menganalisa Perilaku Konsumen serta
relevansinya dengan strategi market dalam membentuk sebuah konsumen yang kuat
dengan produsennya. Produsen tentu memiliki standar prosedur dalam menguasai
pasar, tentunya apabila ingin memperoleh dan mendapatkan hati di para konsumen,
hal-hal yang berkaitan dengan ini yaitu melakukan riset pemasaran, agar
memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penjualan.
Barang dan jasa juga mempunyai nilai yaitu nilai
pakai dan nilai tukar. Nilai pakai sendiri dibagi dua yaitu nilai pakai
objektif dan nilai pakai subjektif. Nilai pakai objektif merupakan kemampuan
suatu barang untuk memenuhi kebutuhan banyak orang sedangkan nilai pakai
subjektif merupakan nilai yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu benda
atau jasa dalam memenuhi kubutuhan pribadi pemakainya
Bila diformulasikan secara matematis, customer valueadalah total manfaat atau kualitas dibagi dengan harga. Selanjutnya, rumus ini bisa berkembang karena adanya dua aspek: harga dan kualitas. Kedua aspek tersebut merupakan multidimensi.
Komponen Kualitas
Ada tiga komponen yang bisa mewakili kualitas. Pertama, kualitas bisa berupa kualitas produk. Sebuah telepon genggam dikatakan berkualitas bila produk tersebut awet, tidak mudah rusak, memiliki desain yang bagus dan memiliki banyak fitur. Demikian pula, produk makanan seperti biskuit, dikatakan berkualitas bila rasanya enak, gurih, renyah, dan lain-lain.
Kedua, kualitas bisa berupa kualitas pelayanan. Industri jasa seperti operator seluler akan lebih banyak menawarkan kualitas pelayanan. Di industri jasa seperti operator seluler, faktor intangibles menjadi komponen yang sangat penting. Mereka akan menambah komponen kualitas melalui pelayanan yang akurat, cepat, ramah, dan sebagainya. Demikian pula, industri perbankan, asuransi, penerbangan, rumah sakit dan sebagainya akan berlomba-lomba menambah value melalui kualitas pelayanan.
Ketiga, kualitas juga bisa berarti “emotional quality”. Ini adalah kualitas yang dirasakan oleh konsumen karena pengaruh merek dan relationship (brand to customer experience). Mereka merasa bangga menggunakan merek-merek berkelas. Mereka yang menggunakan tas atau dasi Louis Vuitton atau Versace akan merasa bangga dan puas. Mereka yang mengendarai mobil mewah seperti Mercedes-Benz dan BMW akan merasakan kebanggaan yang lebih. Demikian pula, produk rokok juga memberikan kebanggaan kepada kaum perokok. Para perokok yang berasal dari golongan bawah akan merasa bangga ketika menghisap rokok yang pas dengan kepribadian mereka.
Komponen Harga
Sama halnya dengan kualitas. Harga juga bersifat multidimensi. Harga absolut memang seperti yang tertera pada label atau berapa yang dibayarkan kepada pihak penjual. Sebagai contohnya, harga sebuah produk elektronink akan melibatkan juga harga jual kembali di kemudian hari dan juga harga beserta biaya perawatanya.
value atau nilai produk atau jasa yang ditawarkan suatu perusahaan memiliki dua dimensi:
- Kinerja atau fitur produk dibandingkan dengan produk sejenis yang ditawarkan pesaing perusahaan.
- Harga atau cost. Dengan semakin banyaknya produk atau jasa sejenis yang bersaing di pasar, cost atau pengorbanan memiliki arti yang lebih luas, tidak hanya sebatas harga beli suatu produk. Sebagai contoh, kemudahan untuk mengoperasikan, ketersedian suku cadang, layanan pascapembelian, dan biaya pemeliharaan, merupakan unsur-unsur pengorbanan yang diperhitungkan oleh customer, selain harga beli produk.
No comments:
Post a Comment